Oleh: DR. Ade Hermansyah, Lc, M.Pd.I
“Demi jiwa dan penyempurnaan
penciptaannya. Lalu Allah mengilhamkan kepadanya keburukan dan
ketakwaannya. Sungguh berbahagia orang yang mensucikannya. Dan sungguh
celaka orang yang mengotorinya.” (Q.S. Al-Syams/91: 7-10)

Syaikh Abu Bakr al-Jazairy mengatakan
bahwa kebahagiaan seorang Muslim di dunia dan akhirat adalah buah dari
usaha mendidik dan mensucikan jiwanya. Dan kesengsaraannya merupakan
akibat kerusakan dan kekotoran jiwanya.
Untuk membangkitkan potensi baik jiwa
dan meredam potensi buruknya diperlukan usaha keras. Para ulama
menyebutnya dengan istilah “Mujahadah”.
Lebih jauh Ibn Qayyim al-Jauziyyah
menjelaskan, “Mujahadah adalah sebuah proses pembangkitan kekuatan agama
dan faktor-faktor pendukungnya, untuk melawan kekuatan hawa nafsu
secara bertahap dan perlahan sampai terasa nikmatnya kemenangan yang
memperkuat keinginannya”.
Ibn Qayyim al-Jauziyyah juga mengatakan
bahwa tujuan akhir dari mujahadah adalah menundukkan jiwa hingga
mencapai derajat tinggi di sisi Allah, mendapatkan pahala karena
meninggalkan apa-apa yang dicintainya karena Allah dan lebih
mementingkan keridaan Allah dari pada keinginan dirinya.
Mujahadah adalah sebuah proses yang
tidak pernah berakhir, karena bila seorang dengan mujahadahnya telah
mampu mencapai satu tahapan, maka ia terdorong untuk mencapai tahapan
yang lebih tinggi.
Apa yang dilakukan oleh Rasulullah
membuktikan hal ini. Beliau shalat malam hingga kakinya bengkak, akibat
lamanya berdiri, membaca ayat-ayat Allah dengan penghayatan yang
mendalam. Ketika ditanya mengapa melakukan itu, padahal sudah diampuni
dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Beliau menjawab, “Karena
itu, apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang bersyukur?”
Selanjutnya Ibn Qayyim mengatakan bahwa
manusia yang paling sempurna hidayahnya adalah yang paling kuat
mujahadahnya. Dan mujahadah yang paling harus dilakukan adalah
menundukkan jiwa, hawa nafsu, setan dan dunia. Barang siapa mampu
menundukkan keempat hal ini karena Allah, maka Dia akan menunjukkan
kepadanya jalan-jalan yang diridai-Nya yang akan mengantarkannya sampai
ke dalam surga.
Rasulullah dan para sahabat merupakan
figur-figur teladan dalam mujahadah. Mereka tidak kenal lelah untuk
menundukan hawa nafsu demi mencapai derajat tinggi di sisi Allah. Ali
bin Abi Thalib menceritakan keadaan para sahabat Rasulullah, “Demi
Allah! Sungguh Aku melihat para sahabat Rasulullah, tidak ada seorang
pun yang menyamai mereka. Di waktu pagi rambut mereka kusut, baju mereka
berdebu, wajah mereka pucat, karena malam harinya mereka berdiri
membaca al-Qur’an dan sujud merenggangkan antara kaki dan jidat mereka.
Bila disebut nama Allah, badan mereka bergetar seperti pohon tertiup
angin, lalu air mata mereka bercucuran membasahi baju mereka.”
Sumber : http://almatuq.net/mujahadah
MUJAHADAH
4/
5
Oleh
Unknown